Rabu, 14 Maret 2018

Upacara Adat Gawai Suku Dayak Iban

Upacara Adat Gawai Suku Dayak Iban

0
5559
Temuai/Pengabang yang berarti tamu yang datang setelah menaiki tangga. Di depan pintu Betang akan disambut dengan minuman tradisional, yaitu air tuak/ bram yang terbuat dari beras ketan.
Kalimantan adalah kepulauan yang terbagi dalam lima provinsi dan terdiri dari berbagai ragam suku yang mendiaminya. Di antara ragam suku tersebut adalah Suku Dayak. Eksistensi Suku Dayak sendiri terdiri dari ratusan subsuku yang tersebar di seluruh Kalimantan—bahkan ada di Brunai dan Malaysia. Mereka mewujudkan ekspresi kepercayaannya dengan menyelenggarakan berbagai ritual upacara adat. Pelaksanaan ritual-ritual upacara adat tersebut berbeda-beda satu dengan lainnya, baik berbeda dari tata cara prosesi, mantra/doa, maupun sesaji yang digunakan. Perbedaan pada masing-masing ritual adat tersebut tergantung dari fungsi dan tujuannya. Adapun salah satu ritual upacara adat yang digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur adalah upacara adat Gawai.
Gawai Dayak di Kalimantan merupakan ungkapan wujud rasa syukur dan terima kasih kepada “PETARA” (Sang Pencipta) atas hasil panen telah diperoleh selama setahun dan mengharapkan hasil yang berlimpah pada tahun selanjutnya.
Temuai/Pengabang yang berarti tamu yang datang setelah menaiki tangga. Di depan pintu Betang akan disambut dengan minuman tradisional, yaitu air tuak/ bram yang terbuat dari beras ketan.
Mereka juga berdoa agar selalu diberi kesehatan dan keselamatan. Khusus bagi Suku Dayak Iban yang ada di Kalimantan Indonesia dan Sarawak Malaysia, Gawai atau “Gawa” merupakan prosesi adat yang dilaksanakan antara Bulan Mei dan Juni, sedangkan bagi Dayak Iban di Sarawak, Malaysia mempunyai penanggalan yang sudah tetap yaitu 1 Juni.
Sesuai kepercayaan Dayak Iban, masa depan seseorang bisa dibaca dari hati babi. Mereka meramalkan masa depan seseorang, apakah itu baik atau buruk.

Sebelum melaksanakan Hari Gawai, masyarakat biasanya menyiapkan makanan-makanan tradisional seperti pulut, rendai, tumpe, kembang goyang dan minuman tradisional seperti air tuak yang akan dihidangkan pada saat gawai. Beberapa rangkaian acara sebelum Gawai: “NGEMAPAS” dilakukan pada malam hari sebelum Gawai agar pelaksanaannya tidak terganggu oleh roh-roh jahat. Pada prosesi ini, ritual dipimpin oleh tetua adat dan semua masyarakat berkumpul. “NIRI KEMBUNG” dilakukan subuh hari pada saat Gawai, yaitu proses mendirikan bendera sekaligus membuat teresang dari bambu yang dihiasi daun isang yang akan digunakan untuk menyimpan pedara, dan ini dilakukan serentak oleh masyarakat sepanjang Rumah Betang.
Pedara Remaung merupakan salah satu syarat yang digunakan dalam upacara adat besar Gawai Dayak Sanau Ari. Syarat tersebut berisi; sirih pinang, tumpe, pulut, rendai, garam, nasi, telur, kepala ayam, kapur, ase maneh, ketupat, sembakau, daun rokok apung dan ada beberapa lainnya lagi.
Niri ke Kembung yang berarti mendirikan bendera yang dilakukan pada subuh hari saat Gawai sekaligus membuat teresang
Babi adalah salah satu syarat dalam upacara adat Gawai besar, seperti Gawai Kelingkang, Babi Lemai dan Sandau ari.
NGALU KETEMUAI DATAI” dilakukan pada saat pagi hari ini untuk menyambut tamu-tamu yang datang pada hari Gawai, disambut dengan acara adat dan disuguhkan minuman tradisional, selanjutnya duduk di Ruai sambil berbincang-bincang dan minum, makan yang telah disediakan. Ada juga sebagian tamu yang melakukan tradisi ngetas pintu. Ngetas Pintu berarti mengetuk pintu untuk mengunjungi yang ada di Rumah Betang. Setelah semua tamu hadir, acara gawai tersebut segera di mulai. Di dalam Gawai, biasanya ada Gawai khusus yang dilakukan oleh beberapa kepala keluarga. Gawai khusus tersebut dilakukan tergantung keluarga masing-masing. Maksudnya ialah Gawai yang mempunyai tingkatan dan ada juga gawai yang bisa dilakukan apabila kita memperoleh tanda atau mimpi.
Nama-nama gawai tersebut berbeda-beda begitu juga prosesnya. Ada yang di sebut Gawai Sandau Ari, Gawai Kelingkang, Gawai Kenyalang, Babi Lemai, Tambak Bulu, dan lain-lain.
Melakukan prosesi nimang
Salah satu subsuku Dayak Iban yang baru saja menyelanggarakan upacara adat Gawai adalah subsuku Dayak Iban yang ada di Kalimantan Barat. Pada puncak acara ritual adat Gawai Dayak Iban Sungai Utik, Kapuas Hulu, pada Selasa (12-13/6/2017), prosesi dilaksanakan secara meriah dan penuh makna.
Berbagai syarat adat yang bermacam-macam telah melengkapi pada pelaksanaan Gawai. Beberapa syarat kelengkapan yang digunakan antara lain; Babi, ayam, daun-daun dan buah dari alam, nasi putih, telur, pulut atau beras ketan yang dimasak, rendai, tumpe, kembang goyang, uang koin, mandau, benang, rokok, besi, kapur sirih, daun sirih, garam, ase maneh, ari tuak, beras kuning dan lain-lain.
Di bawah ini adalah beberapa dokumentasi dari prosesi dan syarat kelengkapan Gawai Dayak Iban Sungai Utik, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Pedara Jari sebuah tradisi sekaligus doa pengharapan yang berarti agar kita mendapat rejeki yang baik, kesehatan dan kesuksesan.
meletakan pedara di teresang
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
salah satu sesaji sebagai syarat/kelengkapan gawai
beberapa syarat/kelengkapan gawai
Beberapa Proses-proses Gawai Sandau Ari
Temuai/Pengabang yang berarti tamu yang datang setelah menaiki tangga. Di depan pintu Betang akan disambut dengan minuman tradisional, yaitu air tuak/ bram yang terbuat dari beras ketan
teresang dari bambu yang dihiasai daun isang yang akan digunakan untuk menyimpan pedara
salah satu rangkaian dalam prosesi Gawai
salah satu rangkaian dalam prosesi Gawai

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkalbar/2017/06/15/upacara-adat-gawai-suku-dayak-iban/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar